21 December 2008
Halooo, selamat malam hehe. Hari ini pengen posting deh. Tapi postingannya agak beda. Gw hari ini mau coba nulis cerpen deh. Hehe..
Nikmatilah... Inspired by true events (saya sendiri) loh hehe (dengan tambahan cerita pastinya)
-------
Pada siang itu. Matahari sudah berada diatas kepala. Panasnya yang tidak tertahankan, tetap membuatku kukuh berjalan untuk mencari angkutan kota. Hari ini sekolahku pulang cepat. Maka dari itu jam 12 siang2 begini sudah pulang.
Angkot yg kutunggu tidak kunjung datang. Satu persatu org lain yang menunggu di halte tempat ku menunggu mulai berlarian, berhamburan menuju angkot yg membawa mereka ke tujuan masing2. Namun kendaraan biru yg akan membawaku pulang tidak datang2. 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, sampai sekitar 1 jam. Haripun semakin panas.
Pada saat itu aku hanya berpikir, mengapa nasibku sangat tidak beruntung. Kenapa angkot ini tidak datang2 juga. Hari panas sekali. Aku mulai iri pada teman2ku yang dijemput oleh supirnya. Mereka enak bisa pulang dengan cepat. Tak perlu berpanas2an dan menunggu lama begini. Huuuh, Aku ingin pulang bertemu Ayah, Ibu dan Adikku. Aku harus mengerjakan tugas untuk besok, mengerjakan PR, bersih2 rumah, belajar. Kalau begini keadaannya.... Lalu aku hanya diam, dan hanya bisa memohon pada yg kuasa untuk dimudahkan segala urusanku.
Dan tak lama kemudian, angkot tersebut datang juga, kosong lagi. Dengan badanku yg cukup besar sangatlah beruntung mendapatkan angkot yg kosong. Lalu dengan segera ku berteriak, "KIRI BANG!" dan angkot pun menepi, lalu aku naik kedalamnya. Lalu dalam hati ku berkata "terima kasih ya Tuhan engkau telah menjawab doaku".
Namun karena angkot itu kosong. Terpaksa dia mengetem dulu untuk mencari penumpang. Yaaah, kelihatannya ini akan menunggu lama. Lalu aku berpikir. Bagaimana ini? Keluargaku menunggu di rumah. Aku tidak boleh membuat mereka khawatir. Lalu kucoba mencari angkot lain yg mungkin saja mau jalan. Tapi ternyata tidak ada. Huh, mungkin ini karena ada penggalian saluran air di salah satu daerah di ibukota bagian Jakarta Selatan, sehingga angkot jurusanku memutar sebelum melewati sekolahku. Lalu aku pun pasrah dan bersabar saja. Walau hari semakin panas, dan aku semakin menganggap diriku adalah anak yg kurang beruntung pada saat itu.
Saat aku sedang menuggu, kulihat seorang anak kecil, badannya kurus kering, kulitnya hitam, mungkin karena terbakar matahari. Kuperhatikan apa yg dilakukannya di dekat angkot. Oh, dia mengeluarkan sebuah amplop kecil dan memberikannya padaku, lalu dia mulai bernyanyi.
Ooooh, anak ini seorang pengamen. Pikirku....
Diapun mulai bernyanyi. Dari nada lagunya, aku tahu dia menyanyikan sebuah lagu cinta oleh salah satu band terkenal di ibukota. Ku terus memperhatikannya bernyanyi. Saat itu aku berpikir antara untuk memberikannya uang atau tidak. Sambil terus kuperhatikan dia bernyanyi hingga dia selesai. Ah, aku tidak memiliki uang yg cukup banyak. Untuk jajan hari ini saja sudah pas2an. Lalu, ketika dia melihatku tidak memasukkan uang sepeserpun ke dalam amplopnya, mukanya langsung tampak lesu dan memelas. Seketika.... aku tidak tahan melihatnya dan kasihan...
Saat itu dia langsung pergi. Dia memasuki sebuah gang di dekat tempat angkotku berhenti. Seketika itu juga, Aku langsung turun dan mengikuti anak itu. Aku merasa... penasaran....
Lalu ku lepas seragam kemeja sekolahku agar tidak di palak preman setempat, sambil terus kuikuti langkah anak itu. Masuk kedalam sebuah gang, lalu masuk ke dalam gang lagi, sampai kira2 sudah sampai jauh sekali kedalam. Rumah yg ada juga adalah rumah2 yg tampak kumuh dan tidak bersih. Seketika itu juga aku mulai prihatin dan berpikir, "apakah rumah anak itu juga sekumuh ini ya?"
Lalu anak itu berhenti di sebuah "rumah". Kecil sekali, terbuat dari bilik dan kardus2, kulihat atap2nya pun berlubang. Aku berpikir, "kalau hujan bagaimana ya?"
Begitu banyak pertanyaan yg muncul di kepalaku, hingga aku sendiri tak tahu ingin menjawab apa...
Lalu selanjutnya, tampak seorang anak kecil lagi, tubuhnya juga kurus, jauh lebih kurus daripada si anak pengamen ini. Lalu tak lama kemudian, keluarlah seorang ibu2. Dengan wajah yg lesu pula, sambil menggendong anak kecil. Lalu terdengarlah percakapan di antara mereka..
Anak: Emak..
Ibu: Iya? Abi kamu dpt berapa hari ini?
Anak: Cuma segini, mak.. hari ini dkit udh gitu mesti disetor ke Kang Abud mak...
Ibu: Yasudah, yang penting alhamdulillah kita masih bisa makan. Sana kamu ketemu bapak kamu...
Lalu anak itupun masuk kedalam. Kucoba mengintip dari jendela sebelahnya. Setelah dapat, aku melihat sebuah ruangan, sepertinya itu kamar tidur. Terlihat Ibunya, Abi dan adik2nya, serta seorang bapak2 tengah lesu di atas kasur.
Anak: Bapak, abi udh pulang. Bapak gimana keadaannya?
Ibu: Sudaah, jgn ganggu bapak, kasian bapak kamu tuh. Udah sana kamu mending mandiin adik kamu
Anak: Ga, abi mau ngomong sama bapak, abi kangen sama bapak!
Bapak: Sudahlah bi, kamu turutin kata emak saja. (dengan lesu bapak itu berkata)
Lalu, dengan muka yg lesu, anak itu bersama adiknya menuju kamar mandi.
Saat itu, aku yg memperhatikan percakapan di ruangan itu. Hatiku langsung tergetar. Tak kusangka, anak sekecil itu sudah menjadi tulang punggung keluarga. Sudah bekerja di tengah terik matahari. Walaupun kerjanya hanya bernyanyi. Namun.......................
Aaah, aku mulai menitikkan air mata, aku merasa sangat kasihan terhadap mereka. Terlebih lagi aku mengetahui penyakit yg diderita bapak itu adalah TBC, dari cara batuknya.
Seketika, aku ingin sekali membantu mereka. Langsung saja kurogoh dompetku, mungkin saja masih ada uang sisa. Dan aku menemukannya, jumlahnya hanya sekitar Rp 2000. Aaah bagaimana aku bisa membantu mereka? Uangku hanya segini. Seketika itu juga aku merasa lemah dan tidak tahu harus bagaimana lagi.
Namun, aku harus tetap membantu mereka. Ketika anak itu keluar rumah untuk mengambil air. Lalu aku memanggilnya.
Aku: Diik, sini sebentar deh.
Anak: Ya? kakak yg tadi di angkot ya?
Aku: Iya, sini kakak mau ngasih sedikit uang buat kamu. Ini terima ya dik. (sambil menyerahkan uang Rp 2000 tsb)
Anak: Wah! makasih ya kak! Ayo mau mampir dulu kak kerumah saya
Aku: Gausah deh. Kakak mau pulang. Kakak pamit ya?
Anak: Oh yasudah, terima kasih ya kak! (dengan muka gembira)
Lalu anak itu masuk rumah. Aku pun segera beranjak pergi. Begitu senangnya aku melihat wajah anak itu kembali berseri. Walaupun uang yg kuberi kelihatan tak seberapa. Ternyata bisa mengembalikan kegembiraan seseorang. Lalu aku tak bisa menahan tangisku, aku berjalan pulang sambil menitikkan air mata. Lalu aku pun bertekad dalam hati. Suatu saat aku akan kembali kesini dengan bantuan yg lebih besar. Lebih dari sekedar uang. Aku juga harus belajar dengan giat. Dan lebih menghargai orang tua. Akupun berpikir bagaimana kalau keadaan keluargaku yg begitu. Saat memikirkan itu, air mataku pun lebih banyak menitik. Tak kusadari aku telah menangis....
Ternyata Tuhan masih memberikanku kehidupan yg lebih baik. Tuhan masih memberikan kemudahan kepadaku. Tuhan masih sayang kepadaku, dan kepada anak itu dan keluarganya juga....
-------
Emo. is Me
11:21:00 pm